http://serambi-islam.blogspot.com/2013/04/samudra-al-fatihah-2.htm
Intisari Makna Al-Fatihah

.... قاَلَ أَلاَ أُ َ علُِّم َ ك أَْعظََم ُ سْوَرةٍ فيِ اْلقُْرآنِ
قَْبلَ أَْن أَ ْ خُرَج مِ َ ن الَْم ْ سجِدِ فَذََه َ ب لَِيخُْرَج
فَذَكَْرتُُه فَقَالَ الْ َ حْم ُ د ﻟﻠﻪ َربِّ الَْعالَمِْي َ ن هِ َ ي السَّْبُع
اْلَمثَانيِ َواْلقُْرآُن الَْعظِْيُم الَّذِي أْْوتِْيتُُه

Dia bersabda maukah kamu aku ajarkan surat yang paling agung dalam al-Qur'an sebelum aku
keluar dari masjid, ia bergegas pergi kemudian ia menyebutkannya dengan bersabda :
"Alhamdulillaahi rabbil 'aalamiin" yakni tujuh ayat yang diulang-ulang dan al-Qur'an agung yang telah diwahyukan kepadaku. (Fadhlul fatihatul kitab, Fadhail-ul-Qur'an, jilid 1 hal. 86)

Proses perjalanan menuju Allah swt sesungguhnya adalah perjalanan menuju ketenangan, kesenangan dan kemenangan sejati, kenikmatannnya telah dirasakan saat menjalaninya,cobaan dan rintangan yang mencoba  menghalangi adalah sebuah duka yang berakhirdengan kebahagiaan. Memang perjalanan menuju Dia adalah perjalanan rumit, panjang dan penuh tantangan.Karenanya seorang pengembara menuju Allahta'ala harus jelas darimana titik awal keberangkatannya, tahu jalan mana yang harus ditempuh, manapula jalan-jalan semu yang menyesatkan, bekal apa yang paling prioritas untuk dibawa sehingga tak membebani perjalanan beban- beban yang tak dibutuhkan sebab akan menghabiskan waktu dan tenaga dan membuat perjalanan terganggu atau mungkin terhenti ditengah jalan Dalam perjalanan menuju ketenangan, kesenangan dan kemenangan, seorang menuju Allah ta'ala membutuhkandua bekal utama;
1. Bekal kekuatan ilmu pengetahuan yang dijadikan landasan teori (ilmiyyah azhariyyah).
2. Bekal kekuatan amal perbuatan yang dilandasi keinginan yang benar ('amaliyyah iradiyyah).
Pertama, bekal kekuatan ilmu pengetahuan yang dijadikan landasan teori (ilmiyyahnazhariyyah), hanya dapat disempurnakan lewat tentang 5 hal;
1. Mengenal (ma'rifah) kepada Sang Pencipta yang telah menciptakan makhluk dari tiada menjadi ada, dari bodoh menjadi mengerti, dari lemah menjadi kuat kemudian dijadikan lemah kembali, dari ada kemudian ditiadakan kembali, dari tanah dan akan dikembalikan kembali ke tanah dari Dia dan dikembalikan kembali
kepada-Nya.
2. Mengenal (ma'rifah) kepada namanama indah dan sifat-sifat tertinggi-Nya, nama-nama dan sifat-sifat yang
dengannya seorang pengembara dapat mengetahui karakter-karakter-Nya sehingga memahami apa yang Dia sukai dan apa pula yang Dia benci, kemudian dapat melalui pintu-pintu asma'-Nya yang sangat indah itu.
3. Mengetahui jalan yang menghubungkan dengan-Nya, dimana hanya jalan itu saja yang dapat menjumpakan sangpengembara dengan kekasih yang teramat dirindukan, selain jalan itu adalah semu dan menyesatkan.
4. Mengenal musuh dan penghalang menuju ridha-Nya. Jika hidup adalah perjuangan maka hanya orang bodoh yang tak mampu bedakan kawan dengan lawan,
5. Mengenal peta kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dengan begitu pengembara mengoptimalkan perolehan lewat kekuatan yang dimiliki dan jauhi dan tak ingin mendekati titik-titik rawan yang menjadi kelemahan baginya. Kedua, bekal kekuatan amal perbuatan yang dilandasi keinginan yang benar ('amaliyyah
iradiyyah). Hanya dapat disempurnakan melalui beberapa seperti berikut;
1. Mengerti dan menghormati hak-hak Allah swt terhadap hamba-Nya, karena Dia yang Maha Rahman dan Rahim telah penuhi semua kebutuhan dan hak-hak hamba-Nya meski tanpa diminta dan diingatkan, bahkan Dia berikan yang terbaik lebih dari yang diminta seorang hamba, dilindungi-Nya agar si hamba tidak meminta sesuatu yang mencelakakan dirinya sendiri. Satu hal yang harus menjadi perhatian kita dari semua kebaikan
(ihsan)-Nya adalah mencari tahu apa hak Dia dari kita sebagai hamba, perhatikan dan hormati tempat yang Dia hormati (tanah haram), hormati bulan yang Dia hormati (Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram dan Safar), hormati pakaian yang Dia hormati (ihram), hak Allah yang paling patut dipenuhi oleh seorang hamba adalah
menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya (syirik).
2. Memenuhi hak-hak Allah swt dengan penuh keihklasan, kejujuran, kebaikan dan kesaksian, tidak meremehkan atau memudah-mudahkan dalam menjalankannya. Memenuhi hak-hak-Nya adalah dengan mentawhidkan peribadatan dan penyembahan kepada-Nya, tunduk dan pasrah pada perintah dan aturan-Nya, menjauhi dan membenci semua yang Dia benci dan Dia larang, mencinta-Nya setulus hati dan tidak mencintai semua yang Dia benci.
Kedua kekuatan yang menjadi bekal utama perjalanan pengembaraan menuju Dia tak akan pernah ada tanpa pertolongan-Nya (ma'unah).Seorang pengembara sangat membutuhkan petunjuk (hidayah) agar dapat melihat bentangan jalan lurus-Nya (shirat al-mustaqim), di atas jalan itulah orang-orang yang diberikan nikmat menjalani hidup mereka (anbiya', shiddiqun, shalihun). Pengembara sejati akan terus mengharap dan meminta diteguhkan / istiqamah diatas jalan lurus-Nya agar tak tergelincir kejalan lain;
Jalannya orang-orang yang dimurkai atau dimarahi (magdhub 'alaihim) karena salah ilmu dan keyakinan mereka, kesalahan itu terjadi karena mereka tak membekali diri dengan ilmu dan keyakinan yang bersumber dari-Nya. Jalannya orang-orang yang sesat (adh-dhallin).Kesesatan mereka karena salah keinginan dan
akhirnya salah pula amal mereka. Karena keinginan mereka tak tulus dan ikhlas karena Dia, otomatis rusaklah semua amal-amal mereka.Karenanya tanpa dua kekuatan yang tersebut di atas, besar kemungkinan sang pengembara akan terperosok ke jalan yang dimurkai atau ke jalan yang sesat. Namun dengan kedua kekuatan tersebut manusia akan meniti jalan yang lurus.Kedua bekal utama itu telah dijelaskan secara sistematik dan jelas dalam surat al-fatihah.
بِسْمِ اللهِ الرَحْمَنِ الرَحِيْمِ
ْا َ لحمْدُ لِلهِ رَبِّ ْالعَاَلمِيْنَ
الَّرحْمَنِ الرَّحِيْمِ
مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Yang menguasai hari pembalasan
Dalam ayat 1-4 terkandung makna mendalam dari bekal pertama yang dibutuhkan seorang pengembara menuju Allah, karena di sana Allah menjelaskan ilmu atau informasi tentang diri-Nya.Dalam ayat-ayat tersebut Allah perkenalkan diri Nya lewat induk nama-nama-Nya dan juga sampaikan sifat-sifat-Nya.Di balik kata 'Allah' terkandung sifat 'uluhiyah' yaitu sifat yang wajib ditaati, ditakuti sekaligus dicintai dan diharapkan, sedang dibalik kata 'Rabb' terkandung sifat 'rububiyah' adalah sifat ketertundukan dan kepasrahan serta memohon pertolongan-Nya dalam segala hal, dan di balik kata 'Rahman' dan 'Rahim' terkandung sifat 'rahmah' yaitu sifat pengasih dan penyayang, kasih sayang-Nya mengalahkan kemarahan dan
kemurkaan-Nya, kasih dan sayang-Nya melampaui dendam-Nya, kasih sayang-Nya begitu halus dan lembut dari Dia yang Maha Lathif dan Maha Khabir. Dari ketiga nama inilah seluruh namanama dan sifat-sifat-Nya menginduk.

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَ إِيَّاكَ نَسْتَعِيْنَ

Hanya kepada Engkaulah kami menyembah
dan hanya kepada Engkaulah kami mohon
pertolongan
Dalam ayat ke 5 terkandung makna jalan yang menghubungkan sang pengembara dengan tujuan akhirnya yakni Allah azza wa jalla, meniti jalan itu adalah memusatkan niat dan aktifitas peribadatan hanya untuk-Nya tak tercampur dan ternoda walau sedikitpun, jalan ibadah yang sesuai dengan ketentuan aturan dan keinginan-keinginan-Nya, jalan ibadah yang mengharapkan balasan dan ridha dari-Nya saja. Dan untuk mampu menjalan ibadah sedemikian rupa hanya melalui pertolongan-Nya saja, artinya bahwa tanpa pertolongan-Nya semua peribadatan itu tak akan pernah terjadi. Pertolongan-Nya sajalah yang paling menentukan mampu dan tidak mampunya seorang pengembara temukan jalan lurus yang menghubungkan hamba dengan-Nya. Pelaksanaan 'iyyaka na'bud' atau kekuatan untuk menghambakan diri / beribadah pada-Nya semata hanya dapat dilakukan dengan pertolongan melalui peran dan fungsi-Nya sebagai ‘ilah’ (sesembahan) yang memiliki sifat uluhiyah. Allah dalam fungsi-Nya sebagai ‘ilah’ hanya berkenan disembah/
diilahkan oleh mereka yang dikehendaki-Nya saja, dan orang-orang yang dikehendaki-Nya akan ditolong- Nya dengan hidayah/petunjuk, itu karena mereka akan mendapatkan kebahagiaan dapat menjumpai-Nya lewat ibadah. Sedangkan kekuatan untuk menjalani hidup 'waiyyaka nast'in' dapat terlaksana lewat pertolongan sifat 'rububiyah'.-Nya, pertolongan dari Dia yang telah ciptakan, atur dan jaga alam semesta ini lewat ketetapan taqdir-Nya yang sangat sempurna. Dalam proses pemenuhan hajat hidup manusia sangat tergantung pada pertolongan sifat rububiyah-Nya, demikian pula halnya dengan menghindari marabahaya dan petaka dapat diselesaikan dengan mudah lewat sifat rububiyah-Nya.
اِهْدِنَا الصِّرَا َ ط ْاُلمسْتَقِيْمَ
Tunjukilah kami jalan yang lurus
Dalam ayat ke 6 terkandung penjelasan tentang bekal kekuatan yang kedua, yakni kekuatan mengamalkan yang didasari keinginan yang benar. Ayat ini mengandung informasi yang menjelaskan bahwa seorang hamba tak akan pernah mampu menjalani hidup tenang, senang dan menang kecuali harus teguh, konsisten / istiqamah di atas jalan yang lurus (shirat al-mustaqim), dan seorang hamba tak akan pernah mampu beristiqamah bila tanpa hidayah Allah swt, seperti halnya seorang hamba yang tak mampu beribadah dengan benar dan sesuai keinginan-Nya tanpa pertolongan dari-Nya, maka demikian juga dengan istiqamah/teguh,
konsisten hanya bisa dicapai melalui hidayah-Nya saja (ihdina).Jalan lurus itu adalah ibadah kepada Allah swt.
QS. Yasin (36) : 61
وََأنِ اعْبُدُوْنِي هَ َ ذا صِرَا ٌ ط مُّسْتَقِيْمٌ
Dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus (QS. Yaasin (36) : 61)
Di atas jalan inilah orang-orang yang diberi nikmat menjalani hidup mereka/an’amta ‘alaihim (para Nabi, kaum Shiddiqun, Syahid dan kelompok Ash-Shalihun), seorang pengembara sejati dalam perjalannya menuju Allah swt tak akan mengulangi kesalahan orang-orang masa lalu, dan mengambil pelajaran dari peristiwa umat terdahulu. Jalan hidup kelompok yang diberi nikmat itu adalah jalan hidup yang telah teruji kebenarannya,di atas jalan inilah para nabi dan pengikut beliau menyeru manusia, di atas jalan ini mereka ingin hidup atau mati, tak akan tergoyahkan keimanan mereka untuk pindah ke jalan yang lain, selain jalan yang telah Allah pilihkan bagi mereka.
صِرَا َ ط الَّذِيْنَ َأنْعَمْتَ عََليْهِمْ َ غيْرِ ْاَلمغْضُوْبِ عََليْهِمْ وَ َ لا
الضَّالَّيْنَ
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau
anugrahkan ni'mat kepada mereka; bukan
(jalan) mereka yang dimurkai (Yahudi) dan
bukan (pula jalan) mereka yang sesat (Nasrani)
Dalam ayat ke 7 terkandung penjelasan tentang jalan-jalan orang-orang yang tergelincir dari jalan yang lurus. Jalan-jalan itu adalah;
1. Jalannya orang-orang yang sesat (adhdhallin),kesesatan mereka disebabkan oleh ilmu yang salah dan akhirnya mewarisi keyakinan yang keliru. Al-qur’an adalah sumber ilmu pengetahuan, pengembaraan menuju Allah membutuhkan ilmu yang bersumber dari al-qur’an semata, jangan pernah coba selain ilmu al-qur’an untuk menjalani hidup menuju Allah karena akan berakhir dengan penyesalan dan kegagalan.
2. Jalannya orang-orang yang mendapatkan murka/kemarahan Allah swt (magdhub'alaihim), mereka yang dimarahi dan dimurkai Allah itu karena salah ilmu dan menyebabkan salah pula keyakinan mereka, pada gilirannya salah pulalah niat mereka akibat salah niat itu tertolaklah semua amal-amal mereka. Karenanya ada 4 komponen penting yang perlu diperhatikan dalam membekali diri menuju Allah swt agar dapat konsisten di atas jalan yang lurus, dalam artian ada 4 kriteria penting untuk mengetahui apakah si pengembar sedang di atas jalan yang lurus atau tergelincir kedua jalan yang lainnya (jalan orang yang dimurkai atau jalan orang yang sesat);
1. Ilmu Pengetahuan Yang dimaksud adalah ilmu-ilmu yang bersumber dari Allah dan rasul-Nya, dan dalam hal pengembaraan menuju Allah swt ilmu terpenting yang wajib dimiliki adalah‘pengenalan tentang Allah swt’
(ma'rifatullah), yaitu mengenal Allah dengan dua cara;
a. Lewat ayat-ayat alam (kauniyah).
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّموَاتِ وَْالأَرْضِ
وَاخْتِ َ لافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَأَياتٍ لِّأُوْلىِ
ْالأَلْببِ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orangorang yang berakal (QS. Ali Imran (3) :190)
b. Lewat merenungi dan menghayati (tadabbur) ayat- ayat qur’aniyah
كِتَابٌ َأنْزَْلنَاهُ إَِليْكَ مُبَارَكٌ لِّيَيَدَّبَّرُوْا
ءَايَاتِهِ وَلِيَتَ َ ذكَّرَ أُوْلُواْالأَلْببِ
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran (QS. Shaad (38): 29)
Selain itu seorang pengembara menuju Allah hendaknya tidak membebani diri dengan ilmu-ilmu yang tidak bermanfaat, yaitu ilmu-ilmu yang dicari bukan untuk dalam rangka mendekatkan diri pada Allah, atau ilmu- ilmu yang makin menjauhkan atau melalaikan penuntutnya dari mengingat Allah swt.
2. Keyakinan Setiap pengembara menuju Allah dalam perjalanan keyakinannya menuju Allah akan melalui beberapa tahapan yang membawanya pada keyakinan;
a. Tahap pertama yang akan dilalui adalah kondisi al- yaqzhah; kesadaran dan kepekaan hati setelah lama tidur atau lalai. Beruntunglah mereka yang telah mendapatkan jenjang pertama ini, sebab mereka akan bergegas dan mengemas diri untuk menjalani kehidupan yang sesungguhnya setelah sekian lama tertipu dan mabuk dalam gemerlap kehidupan semu.
b. Tahap kedua yang akan dilalui adalah kondisi al-‘azm; yakni tekad kuat dengan motivasi tinggi untuk menjalani pengembaraan menuju Allah swt. Kesiapannya bukan cuma semangat untuk menjalani tetapi kekuatan dan ketegaran untuk memisahkan diri dari semua yang dapat membebani apalagi menggagalkan misi pengembaraannya menuju Dia yang tercinta.
c. Tahap selanjutnya adalah al-fikrah; yaitu menyusun rencana-rencana dan strategi juga memperhitungkan segala kemungkinan yang akan terjadi dalam perjalanannya. Konsep pemikiran yang lebih detail, bukan sekedar motivasi dan semangat. Sebab perjalanan menuju Allah swt membutuhkan perbekalan yang besar dan perjalanan yang penuh tantangan dan tipu daya iblis dengan segenap kemampuan dan kelicikannya bekerjasama dengan dunia menggoda setiap pengembara agar gagal dalam misinya, dan yang lebih penting lagi bahwa ada pengkhianat di dalam tubuh sang pengembara dengan tak terasa akan dirampok semua perbekalannya dan ia tak sadarkan diri, penjahat dan perampok didalam diri itu bernama ‘kainginan/rasa
berkehendak’ manusiawi pengembara. Karenanya kekuatan konsep dan
kejelasan pandangan serta pengenalan medan adalah hal mutlak yang perlu diperhitungkan dengan matang.
d. Dan pada akhirnya sampailah sang pengembara pada tahap yang paling ia butuhkan dalam perjalanannya yakni albashirah. Al-bashirah adalah cahaya di dalam kalbu yang dapat meyakinkan pengembara untuk melihat janji-janji dan balasan Allah, dengannya tampak jelas di hadapan pengembara keberadaan surga
dan neraka, dilihatnya dengan penuh keyakinan perolehan nikmat penduduk surga dan siksaan penghuni neraka.Tanpa memenuhi dua kriteria diatas maka para pengembara menuju Allah akan tergelincir kejalan yang sesat. Disinilah orang-orang yahudi berada. Nabi mereka bukan hanya didustai tapi juga mereka bunuh. Kitab suci mereka bukan cuma diabaikan tetapi dipalsukan da diselewengkan. Mereka sebenarnya adalah kaum yang mengerti tentang kebenaran dari Tuhan mereka tapi kebodohan nafsu yang telah jerumuskan diri mereka sendiri ke dalam kesengsaraan.
3. Niat adalah dasar atau pondasi semua amal perbuatan, dalam mencanangkan niat seorang pengembara akan mempertegas selalu didalam dirinya dengan ucapan dandan keyakinan yang tulus ‘lillahi ta’ala’semuanya karena Allah ta’ala. Apa yang mereka inginkan di dalam niat?, jawabnya hanya satu ‘ridhallah,’ ridha Allah swt. Dalam menjalani hidup mencapai ridha Allah satu hal yang penting untuk diperhatikan, takut pada keinginan sendiri, selalu mencari tahu apa-apa yang menjadi keinginan Allah swt, hanya dengan ikhlas mengikuti seluruh keinginan-Nya baru akan turun ridha-Nya.
4. Amal Adalah bentuk nyata, ekspresi dan pelaksanaan dari semua yang tak tampak dengan mata kasat seperti; ilmu pengetahuan, azam atau tekad kuat, fikrah/konsep pemikiran dan bashirah/keyakinan dalam hati serta niat ikhlas karena Allah. Semua inilah yang harus mendasari semua aktivitas pengembaraan menuju Allah swt. Kehilangan atau tak memiliki kedua komponen yang terakhir ini maka pengembara akan tergelincir kejalan orang-orang yang dimarahi atau dimurkai Allah. Di atas jalan inilah kaum nashara/nasrani berjalan. Awalnya ilmu dan keyakinan mereka sudah benar namun pada akhirnya mereka keliru dalam niat dan keliru pulalah amal mereka. Hanya dengan konsisten memelihara kesucian empat perkara inilah seorang pengembara akan dapat menemukan jalan yang menghubungkannya dengan Allah swt yang menjadi tujuan akhirnya.
Buka Mata
Singkapkan Makna
Di hadapan makna
Apalah arti bentuk? makna
Langit tersembunyi di persemayamannya
Makna angin berputar
Bagai roda …
Tawanan
Bagi air yang mengalir
Ketahuilah …
Segala yang kasat mata,
Adalah fana, tapi …
Dunia makna takkan sirna
Kasihan,
Engkau yang terpikat bejana
Tinggalkan dia, pergi …
Air yang harus kau minum
Terpesona pada bentuk
Membutakanmu dari makna,
Ambillah mutiara …
Dari dalam kerang!
Buka mata hatimu
Singkapkan rahasia makna
Jasadmu kan sirna …
Ruhmu muliakan dia.
Malaka Asri, Januari 2003 BN

Post a Comment Blogger