Harta Bukan Segala-Galanya,Manusia hidup didunia mempunyai karakter yang berbeda-beda, dan
kadang kala mempunyai tujuan yang sama namun mempunyai cara yang berbeda, Harta
adalah menjadi tolak ukur kesuksesan bila di pandang dengan nafsu, namun harta
bukanlah segala-galanya bila di pandang disudut iman.
Untuk itu mari kita lihat Alkisah,
Said Bin Musayyib, beliau memiliki seorang putri yang sangat cantik,
suatu ketika sang khalifah Abdul Malik bin Marwan datang untuk meminang
putrinya untuk dinikahkan kepada putranya Al-Walid bin Abdul Malik, namun Sayid
menolak lamaran tersebut bahkan dia menikahkan putrinya dengan seorang muridnya
yang miskin dan yatim yang bernama Katsir bin Abdul Muthallib bin Abi Wada’ah
hanya dengan dua atau tiga dirham. Karena penolakannya ini beliau dihukum 60
kali cambuk, disiramkan air dingin ke tubuhnya saat musim dingin, dan
dipakaikan kepadanya jubah yang terbuat dari wol. Dengarkan kisah sang pemuda
yang bercerita tentang rezeki yang menghampiri dirinya…
Saya adalah seorang yang selalu
duduk bermajelis di Mesjid Nabawi untuk menuntut ilmu dan saya selalu duduk
dalam halaqohnya Said ibnu Musayyib, suatu waktu saya tidak hadir dalam majelis
dalam beberapa hari lamanya, sehingga Said bin Musayyib merasa kehilangan
diriku, beliau khawatir kalau saya sakit atau sedang ditimpa sesuatu, beliau
pun bertanya kepada orang-orang namun tidak ada seorang pun yang mengetahui
tentang beritaku. Setelah beberapa hari saya pun kembali hadir dalam
majelisnya, di akhir pelajaran, beliau menyapa saya dan mendoakan saya lalu
beliau menanyakan : “Kemana saja kamu wahai Abu Wada’ah?”
Saya katakan: ’’Sesungguhnya
istri saya meninggal dunia maka saya sibuk untuk mengurusinya’’
Ia menjawab: ’’Mengapa
engkau tidak memberitahu kami sehingga kami dapat membantumu?”
Saya katakan: ’’Tidak, semoga Alloh membalas
kebaikanmu.’
Maka ketika saya akan beranjak
dari tempat duduk, beliau tetap memerintahkan saya untuk duduk ditempat,
setelah semuanya beranjak dari tempat duduknya, beliaupun mendekati saya seraya
mengatkan:
“Wahai Abu Wadaah, apakah belum terpikir olehmu untuk
mencari istri baru?”
Saya menjawab: “Semoga Alloh
merahmatimu, siapa orang yang mau menikahkan putrinya denganku, saya adalah seorang
pemuda yatim lagi miskin, saya tidak memiliki harta kecuali hanya 2 atau 3
dirham saja. “
Lalu beliau berkata kepadaku: “Aku yang akan menikahkan
putriku denganmu.”
Maka saya pun terperanjat, seakan-akan mulut saya tidak
dapat berbicara. Saya berkata:
“Anda….? Apakah anda akan
menikahkan putri anda denganku padahal engkau telah mengetahui keadaan saya ?”
Beliau menjawab: ”Ya, kami
apabila melihat seorang itu baik agamanya dan akhlaknya maka kami akan
menikahkannya, dan engkau menurut kami adalah orang yang baik agama dan
akhlaknya.”
Lalu beliau memanggil beberapa
orang yang tidak jauh darinya, setelah mereka datang, lalu beliau memuji Alloh
dan bersalawat kepada Nabi-Nya lalu menikahkan saya dengan putrinya dengan
mahar uang dua dirham, setelah akad selesai maka saya pun bangkit, saya seperti
orang bingung, saya tak dapat mengucapkan kata-kata karena saking gembiranya.
Lalu saya pun pulang kerumah, dan tatkala itu saya masih berpuasa hingga saya
merasa lupa dengan puasa saya.
Saya terus berkata: “Celaka engkau wahai Abu Wada’ah,
apa yang baru saja engkau lakukan…dari mana engkau akan mendapatkan uang…
kepada siapa engkau akan berutang….?
Hingga tibalah waktu berbuka.
Selepas mengerjakan sholat magrib saya segera menuju meja makan yang hanya
terhidang roti dan minyak, baru saja saya memulai satu atau dua kali suapan,
tiba-tiba terdengar ada orang yang mengetuk pintu rumahku,
Saya pun bertanya: ”Siapa?”
Lalu dijawab: “Said”
Saya pun terkejut karena telah
saya teliti tidak ada seorangpun yang bernama Said yang saya kenal kecuali
hanya Said bin Musayyib, hal ini tidak seperti biasanya, karena selama 40 tahun
tidaklah beliau terlihat kecuali hanya berada antara rumah atau mesjid saja.
Hingga saya berpikir panjang berangkali beliau berkeinginan untuk membatalkan akad
pernikahan yang tadi siang telah beliau ucapkan, lalu saya katakan:
“Wahai Abu Muhammad, mengapa anda tidak mengutus orang
saja untuk memberi tahu agar saya yang mendatangi anda?”
Beliau menjawab: “Tidak, bahkan hari ini engkau lebik
berhak untuk aku datangi.
Saya katakan: “Kalau begitu silahkan masuk!”
Beliau menjawab: “Tidak, aku hanya ingin menyampaikan
suatu perkara.”
Saya katakan: “Semoga Alloh merahmatimu, perkara apa
itu?”
Beliau menjawab: “Sesungguhnya
putriku sekarang telah sah menjadi istrimu dengan syariat Alloh dan akupun tahu
tidak ada seorang pun yang dapat menghibur kesedihanmu, dan aku tidak ingin
engkau bermalam sendirian sedang istrimu pun bermalam sendirian, maka aku
mengantarkannya untukmu, ”
Lalu aku menoleh, ternyata ia telah berdiri dibelakang
beliau, lalu beliau memerintahkan kepada putrinya:
“Wahai putriku sekarang masuklah engkau ke rumah
suamimu!”
Maka tatkala dia hendak
melangkah seakan-akan kain bajunya mengikat kakinya, karena rasa malu , hingga
hampir-hampir saja ia terjatuh, sedang saya….saya hanya berdiri tercengang
tidak tahu apa yang akan saya katakan, lalu saya langsung mendahului masuk dan
menghampiri meja makan lalu saya pindahkan ke tempat yang gelap agar istri baru
saya tidak melihatnya. Kemudian dengan penuh kegembiraan saya naik ke atas
loteng saya seraya memanggil para tetangga,
“Kemarilah….kemarilah!
Sesungguhnya Said telah menikahkanku dengan putrinya di masjid dan sekarang dia
telah datang kerumahku maka kemarilah dan temanilah ia, karena aku akan
menjemput ibuku didesa sebelah”
Maka datanglah seorang nenek
keheranan “Celaka engkau apa yang telah engkau ucapkan, apakah Said telah
menikahkan putrinya denganmu lalu memboyongnya datang ke rumahmu….padahal
kemarin ia menolak pinangannya Al Walid bin Abdul Malik!”
Aku menjawab: “Benar kemarilah dan lihatlah sekarang
dia berada di dalam rumahku”
Maka beberapa tetanggaku pun
datang seakan-akan tidak percaya, kemudian mereka mendoakanku dan mengajak
bicara istriku. Tidak seberapa lama datanglah ibu saya, tatkala ia melihat
istri saya yang sangat cantik maka ia memandangi saya seraya berkata:
“Aku tidak akan berbicara denganmu sebelum aku membawa
istrimu pulang dan tinggal bersamaku beberapa hari setelah itu baru akan aku
serahkan kepadamu”’
Saya katakan: “Silahkan apa yang ibu kehendaki ?”
Maka setelah berlalu tiga hari,
ibu saya pun datang menyerahkan istri saya, ternyata dia adalah seorang wanita
yang paling cantik dikota madinah,paling menjaga kitabulloh,paling banyak
merwayatkan hadit-hadit Rasululloh dan wanita yang paling banyak mengerti
hak-hak suami. Lalu saya pun tinggal bersamanya beberapa hari, lalu saya pun
datang kembali menghadiri majlis bapaknya ( Said bin Musayyib), saya ucapkan
salam dan beliau pun menjawabnya dan beliau tidak berbicara setelah itu, tatkala
pelajaran telah selesai dan semua manusia telah beranjak pergi kecuali saya dan
beliau. Lalu beliau bertanya:
“Bagaimana keadaaan istrimu wahai Abu Wada’ah?”
Saya menjawab: “Sungguh ia
adalah sebaik-baik orang yang dicintai oleh teman dan dibenci oleh musuh.”
Lalu beliau berkata: “Al hamdulillah.”
Dan tatkala saya kembali ke rumah, tiba-tiba saya mendapati
bahwa beliau telah menyiapkan harta yang sangat banyak untuk mencukupi
kebutuhan saya dan istri saya.
( Sumber H.R.Abu Nuaim dalam Hilyatul auliya)
Mutiara kisah :
1)
Mengenal seorang Ulama Tabi’in yang bernama Said bin musayyib
2)
Sifat ketawadhuan yang dimiliki oleh Said bin Musayyib
3)
Mengenal nama murid dari Said ibnul Musayyib yang bernama Katsir abu Wada’ah
4)
Alloh akan meninggikan derajat seorang penuntut ilmu
5)
Tanda kesholehan seorang hamba adalah pada agamanya bukan pada hartanya
6)
Kewajiban orang tua untuk mendidik anak-anaknya
7) Orang tua mempunyai tanggung jawab untuk mencarikan pasangan yang sholeh untuk
anak-anaknya
Sumber : Kisah-kisah Keteladanan,Kepahlawanan,Kejujuran,
Kesabaran, Menggugah,Serta Penuh dengan Hikmah dan Pelajaran Sepanjang Masa.
Penerbit : Maktabah At-Thufail, Panciro-Gowa
Post a Comment Blogger Facebook