Sang Murid....Seorang Guru bijak, pagi itu menerima kembali tiga murid
terbaiknya, yang telah pergi merantau selama tiga tahun. Mereka turun
gunung dari kampung ke kampung dan dan dari kota ke kota, untuk
mendapatkan jawaban atas pertanyaan dari Sang Guru: Apakah makna
kekayaan bagi manusia? Jawaban dari pertanyaan tersebut akan menentukan,
siapakah yang akan menjadi pengganti sang Guru kelak. Maka kini tibalah
saatnya bagi mereka untuk menjawab pertanyaan Sang Guru:
Murid Pertama berkata: Ya Guru, setelah tiga tahun merantau, murid
sampai pada kesimpulan, bahwa kekayaan adalah akar kejahatan. Dalam
perjalanan, murid banyak menjumpai anak manusia yang rela melakukan
berbagai kejahatan, melakukan tipu muslihat, kecurangan, perampokan
bahkan pembunuhan untuk memperoleh kekayaan. Bahkan setelah meraih
kekayaan, mereka kemudian menggunakan kekayaan tadi untuk melakukan
perbuatan-perbuatan keji. Mereka gunakan kekayaan untuk berjudi,
berzina, mabuk-mabukan dan madat. Tidak ada kebaikan sedikitpun dari
kekayaan. Demikianlah pengamatan murid, oh Guru.
Sang Guru: Oh menarik sekali pengamatanmu murid. Lalu menurutmu apa yang sebaiknya kita lakukan?
Murid Pertama: Manusia harus menjauhkan diri dari kekayaan yang
merupakan sumber kejahatan ini Guru. Supaya selalu dekat dan ingat
kepada Yang Maha Esa, kita harus hidup jauh dari kekayaan. Kita dekatkan
diri kita kepada Yang Maha Esa dengan meninggalkan ikatan keduniawian
seperti halnya kekayaan ini Guru. Kita harus memurnikan hati kita dengan
meninggalkan hal-hal yang dapat membuat hati kita terpaut kepada selain
Tuhan Yang Maha Esa. Demikian menurut pendapat murid, oh Guru.
Sang Guru tersenyum: Engkau sungguh memiliki kemuliaan wahai murid pertama. Aku bangga kepadamu.
Murid Kedua: Mohon maaf Guru, murid punya pendapat yang berbeda.
Selama perjalanan, murid banyak berjumpa dengan raja dan saudagar kaya
yang sangat dermawan. Mereka membangun tempat ibadah, mereka membangun
tempat tinggal untuk orang miskin, mereka menyantuni anak yatim, mereka
memberi makanan dan pertolongan untuk orang yang kesusahan. Mereka
mencari kekayaan yang sangat banyak, namun juga menggunakannya untuk
kebaikan banyak orang. Murid sampai pada satu kesimpulan, bahwa kekayaan
adalah sumber kebaikan, yang akan membawa umat manusia kepada kebaikan.
Demikian pendapat murid, oh Guru.
Sang Guru: Oh, sungguh luar biasa pengamatanmu muridku. Lalu menurutmu apa yang sebaiknya kita lakukan?
Sang Guru tersenyum: Engkau adalah samudera kebijaksanaan wahai murid kedua. Aku bangga kepadamu.
Sang Guru berpaling ke Murid Ketiga: Murid ketiga, bagaimana menurutmu?
Murid Ketiga: Guru, selama perjalanan, murid telah berjumpa dengan orang kaya yang baik, namun ada juga orang kaya yang jahat. Murid bertemu dengan orang miskin yang baik, dan ada orang miskin yang jahat. Murid menjumpai ada orang kaya yang taat beribadah dan selalu ingat pada Tuhan nya, namun ada juga orang kaya yang lupa pada Tuhan. Seperti halnya ada orang miskin yang selalu ingat pada Tuhan, dan ada juga orang miskin yang lupa pada Tuhan. Banyak orang kaya yang …
Sang Guru tersenyum: Jadi apa maksudmu muridku yang baik?
Murid Ketiga: Maksud murid, ternyata kekayaan adalah sekedar alat. Semuanya akan kembali kepada diri kita sebagai manusia. Manusia yang memiliki tujuan hidup yang baik, akan menggunakan kekayaan sebagai alat untuk mewujudkan kebaikan. Demikian maksud murid, oh Guru.
Sang Guru: Lalu menurutmu apa yang sebaiknya kita lakukan?
Murid Ketiga: Manusia haruslah mengetahui hendak kemana ia akan menuju. Dengan demikian, apa pun yang dimilikinya di dunia ini hanyalah alat, bukan tujuan. Termasuk kekayaan.
Sang Guru: Lalu hendak kemanakah manusia menuju?
Murid Ketiga: Manusia adalah semata ciptaan Yang Maha Esa. Kesanalah semua manusia menuju. Jika manusia menyadari tujuannya, kekayaan dapat menjadi kendaraan untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Esa. Namun jika sebaliknya, maka kekayaan dapat juga menjauhkan manusia dari Yang Maha Esa.
Sang Guru tersenyum: Muridku, sungguh engkau adalah sumber kebijaksanaan dan samudera pengetahuan.
Sang Guru menundukkan kepala menghormat murid ketiga: Engkaulah Guru baru di perguruan ini.
Dan kedua murid yang lain, serentak menunduk hormat pada Murid Ketiga.
Post a Comment Blogger Facebook